Pembuatan sebilah katana memerlukan proses yang sangat
teliti dengan tingkat keakurasian yang sangat tinggi. Mulai dari pemilihan
jenis bahannya hingga proses pembuatan yang dilakukan dengan tahapan-tahapan
yang sudah ditentukan.
Bahan Katana yang terbaik adalah jenis Tamahagane yang dipilih dari biji besi dengan proses yang sangat teliti. Satu bilah katana dengan kualitas tinggi dikerjakan dalam kurun waktu tidak kurang dari 3 bulan, bahkan terkadang memakan waktu 6 bulan.
————————————————————————————————————————
Bahan Katana yang terbaik adalah jenis Tamahagane yang dipilih dari biji besi dengan proses yang sangat teliti. Satu bilah katana dengan kualitas tinggi dikerjakan dalam kurun waktu tidak kurang dari 3 bulan, bahkan terkadang memakan waktu 6 bulan.
Terdapat banyak metode pembuatan Katana dengan tangan. Beberapa menggunakan
proses pemanasan dan pelipatan baja yang berulang-ulang dan menyita tenaga.
Setelah selesai, bilah pedang tersebut harus dipoles dengan hati-hati sebelum
sang pengrajin pedang dapat membubuhkan penanda pada hasil karya seni mereka.
Katana merupakan bukti nyata dari keterampilan tangan tingkat tinggi, dan para
pengrajin yang membuatnya pastilah memiliki nilai-nilai kebajikan yang unik.
Seperti halnya dengan karya seni lain, para pengrajin pedang
samurai ini mengerahkan segenap jiwa mereka dalam proses pembuatannya, yang
diiringi dengan kesabaran, kemauan dan intelegensia untuk mencapai hasil
terbaik. Banyak seniman terlibat dalam kerja keras menyempurnakan detail ornament
pada hulu pedang, gagang, juga pada sarung pedangnya. Hasilnya, Katana yang
layak disandang oleh para prajurit dan ksatria pada masa itu.
Secara ringkas, proses pembuatan Katana dijelaskan sebagai berikut :
Secara ringkas, proses pembuatan Katana dijelaskan sebagai berikut :
————————————————————————————————————————
Peleburan Baja (Smelting steel)
Pedang katana tradisional
dibuat hanya dari baja murni, yang dinamakan oleh orang Jepang tamahagane (baja
bernilai tinggi). Selama 3 hari 3 malam, dengan teknik tradisional, para pandai
besi memindahkan sekitar 25 ton pasir sungai yang mengandung biji besi dan
memasukkan arang ke dalam tatara, tungku peleburan persegi dari tanah liat yang
khusus dibuat untuk menghasilkan tamahagane. Kandungan karbon pada arang
pembakaran menjadi bahan kunci pembuatan baja. Suhu tatara bisa mencapai diatas
2500 F, dan panasnya mengubah bijih besi menjadi baja dan menghasilkan
tamahagane kurang lebih seberat 2 ton. Harga tamahagane berkualitas tinggi bisa
50 kali lebih mahal dibandingkan dengan baja biasa yang dibuat dengan teknik
modern.
————————————————————————————————————————
Pelarutan Karbon (Dissolving carbon)
Selama dipanaskan pada
suhu tinggi, tamahagane tidak boleh mencapai bentuk cair, agar jumlah karbon
yang bereaksi dengan baja kadarnya tepat dan persentase karbon pada tamahagane
akan bervariasi (antara 0.5 sampai 1.5 %). Ahli pembuat katana menggunakan 2
jenis tamahagane, yang pertama karbonnya tinggi, sangat keras, dan memungkinkan
dibuat mata pedang setajam silet; sementara yang kedua, karbonnya rendah,
sangat kuat, baik untuk meredam guncangan. Pedang yang hanya menggunakan salah
satu jenisnya saja, maka pedang akan mudah tumpul atau mudah patah. Pada malam
ketiga proses pembakaran di tungku, para ahli tatara memecahkan tungku tanah
liat tersebut untuk mengeluarkan tamahagane, dan dengan mudah mereka melihat
kadar karbon baja itu dari pecahan-pecahan baja yang baru jadi.
————————————————————————————————————————
Menghilangkan Ketidakmurnian (Removing impurities)
Potongan-potongan
tamahagane terbaik selanjutnya dikirim ke ahli pembuat pedang, yang akan
memanaskan, menempa, dan melipat baja berkali-kali untuk mencampurkan besi dan
karbon dan juga menghilangkan kotoran yang berupa ampas biji besi. Tahap ini
selain sangat penting juga memakan waktu lama, karena jika ada unsur selain
besi dan karbon yang tersisa didalamnya, akibatnya pedang menjadi tidak kuat.
Saat ahli pembuat pedang selesai menghilangkan semua ampas, ia bisa menilai
konsentrasi karbon di dalam tamahagane melalui kekuatan tamahagane itu saat
ditempa berulang-ulang. Seorang ahli mengibaratkan penghilangan ampas dari baja
ini seperti memeras air dari spons yang sangat keras.
————————————————————————————————————————
Penempaan Pedang (Forging the sword)
Setelah ahli pembuat
pedang menghilangkan semua ampas dengan menempa tamahagane berkali-kali, ia
memanaskan baja yang keras dan berkarbon tinggi lalu membentuknya menjadi
potongan panjang dengan celah panjang di tengahnya. Lalu ia menempa baja
lainnya yang kuat dan berkarbon rendah yang ia bentuk agar agar bisa pas
dimasukkan ke dalam celah baja satunya, dan ia tempa kedua baja yg sudah
disatukan tadi. Dua jenis tamahagane kini ada di tempatnya: baja keras menjadi
bagian luar dan mata pedang mematikan, sementara baja kuat menjadi bagian inti
di dalam katana. Keseimbangan karakteristik yang sempurna ini membuat katana
menjadi senjata samurai paling tahan lama dan berharga.
————————————————————————————————————————
Melapisi Katana (Coating the katana)
Meskipun bilah utama
katana telah selesai, namun pekerjaan ahli pembuat pedang masih jauh dari
selesai. Ia masih perlu melapisi bilah pedang bagian atas dan bagian yang
tumpul dengan lapisan tebal dari campuran tanah lempung dan bubuk arang,
sementara mata pedang yang tajam hanya dilapisi tipis saja, untuk selanjutnya
pedang dipanaskan untuk terakhir kali. Ini untuk melindungi bilah pedang,
sekaligus menandai pedang dengan desain bergelombang yang dinamai hamon, yang
akan muncul lebih jelas saat proses penggosokan.
Selanjutnya ahli pembuat pedang memanaskan katana kembali dengan suhu dibawah 1500 F, jika lebih dari itu maka pedang bisa retak di proses selanjutnya.
Selanjutnya ahli pembuat pedang memanaskan katana kembali dengan suhu dibawah 1500 F, jika lebih dari itu maka pedang bisa retak di proses selanjutnya.
————————————————————————————————————————
Membentuk (melengkungkan) Katana (Curving the blade)
Selanjutnya, sang ahli
pembuat pedang mengeluarkan bilah pedang dari api lalu memasukkannya dengan
cepat ke dalam bak air untuk mendinginkannya dengan segera. Proses ini disebut
“pendinginan cepat.” Karena bagian dalam dan belakang pedang mengandung karbon
yang sangat sedikit, maka akan lebih terkontraksi saat pemkanasan dibandingkan
dengan bagian depan yang tajam yang mengandung karbon lebih tinggi. Perbedaan
kecepatan dan tingkat kontraksi antara dua jenis tamahagane ini, menyebabkan
pedang melengkung dan menciptakan bentuk lengkung yang khas. Tahap ini
memang sulit, karena satu dari tiga pedang akan gagal.
————————————————————————————————————————
Menambahkan Sentuhan Akhir (Polishing the blade)
Pada tahap akhir, para
pekerja logam menambahkan penanda besi atau jenis logam lain pada pegangan
pedang. Lalu, tukang kayu membungkus senjata itu dengan sarung pedang kayu yang
dipernis dan dihias dengan beragam ornamen oleh para seniman. Dibuat dari emas
atau kulit eksotis dan bebatuan, pegangan katana adalah karya seni seperti
bilah pedangnya itu sendiri. Akhirnya katana dikembalikan ke ahli pembuat
pedang yang akan mengecek pedang itu untuk terakhir kali. Membutuhkan waktu
hampir 6 bulan dan tenaga 15 orang untuk membuat satu buah pedang katana. Walau
diciptakan untuk prajurit samurai, pedang ini akan laku diantara kolektor benda
seni dengan harga ratusan ribu dolar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar